Seni Sastra Tradisional

SENI TEATER TRADISIONAL

Kamis, 10 November 2016


Seni Sastra Tradisional


Pengertian seni sastra – Sastra atau kesusastraan merupakan salah satu bentuk seni yang menonjolkan keindahan tutur kata dan cerita. Sehingga seni sastra dapat dinikmati oleh penikmatnya melalui membaca atau mendengarnya dibacakan.
Awalnya sastra hanya dikelompokkan menjadi satu jenis saja yakni cerita. Namun seiring dengan berkembangnya seni sastra, muncul beberapa jenis baru. Bahkan pengertian seni sastra juga mulai ditentukan definisinya, supaya jelas batas mana seni sastra dan mana yang bukan. Nah, di bawah ini pengertian seni sastra dibahas satu per satu.

Pengertian Seni Sastra

Dalam beberapa versi, pengertian seni sastra didefinisikan menjadi 3 poin. Poin-poin tersebut diambil dari sudut pandang bahasa (susunan kata), istilah dan berdasarkan definisi ahli yang dituangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
  • Seni sastra merupakan gabungan dari dua kata, yakni “seni” yang artinya ungkapan perasaan manusia yang mempunyai nilai keindahan dan “sas(tra)” yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya panduan, pedoman atau perintah (dalam bentuk teks maupun suara). Jadi seni sastra adalah tulisan atau cerita yang berasal dari ungkapan perasaan manusia yang mempu nilai keindahan di dalamnya.
  • Seni sastra atau Kesusastraan adalah sesuatu yang berbentuk tulisan mauun cerita yang memiliki nilai seni dan budaya yang menyajikan keindahan tutur dan bahasa untuk menyamaikan makna tertentu.
  • Sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai bahasa (kata-kata atau gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab dan bukan merupakan bahasa sehari-hari. Selanjutnya di baris kedua didefinisikan sebagai karya tulis—yang jika dibandingkan dengan tulisan lain—memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan dan keindahan dalam isi maupun ungkapannya.
Sehingga apabila dirangkum, maka sastra dapat mempunyai tiga ciri khas. Salah satu atau semua ciri khas tersebut daat berdiri sendiri maupun saling melengkapi menjadi sebuah karya sastra.
  • Seni sastra berupa bahasa, yakni sastra yang berbentuk ungkapan, kata-kata, cerita, maupun gaya bahasa.
  • Seni sastra berupa curahan perasaan, yakni sastra yang berbentuk kitab, buku, tulisan, mapun karangan.
  • Seni sastra yang tertuang dalam gagasan/nilai, yakni karya sastra yang berbentuk ajaran, pedoman, perintah, maupun pedidikan.

Macam Seni Sastra

Berdasarkan penjelasan dalam pengertian seni sastra, maka sastra dapat dibagi menjadi dua macam, yakni Prosa dan Puisi. Keduanya dibedakan berdasarkan keterikatannya pada kaidah-kaidah atau pedoman dalam kesusastraan.
  • Prosa

    Merupakan karya sastra yang tidak terikat dengan kaidah atau pedoman kesusastraan. Sifatnya bebas menyesuaikan keinginan dari sang sastrawan. Contoh dari prosa adalah novel, cerpen, cerbung, fiksi kilat dan lain-lain.
  • Puisi

    Merupakan karya sastra yang terikat dengan kaidah atau pedoman kesusastraan. Sifatnya kaku dan kurang berkembang jika dibandingkan dengan prosa. Contoh dari puisi adalah sajak, puisi lama/pantun, gurindam, pepatah dan lain-lain
  • Drama Satu Arah

    Merupakan karya sastra yang bisa terikat dan bisa juga tidak terikat dengan kaidah atau pedoman kesusastraan. Sifatnya menyesuaikan dengan tema dan situasi, lebih menekankan pada dialog di dalamnya. Contoh dari drama satu arah adalah monolog, deklamasi, musikalisasi dan lain-lain.
Ketiga macam seni sastra diatas adalah pengembangan dari dua jenis seni sastra, yakni sastra lisan/oral dan sastra tulis/teks.
  • Sastra lisan merupakan sastra yang disampaikan melalui lisan/tutur kata secara langsung, baik dengan atau tanpa iringan musik.
  • Sastra tulis merupakan sastra yang disampaikan melalui tulisan, baik secara terpisah maupun berupa kumpulan tulisan berbentuk buku atau kitab.

Fungsi Seni Sastra

Ada beberapa fungsi dari seni sastra yang biasanya dipakai sebagai landasan dasar membuat karya. Diantaranya adalah sarana menyampaikan pesan moral, kritik, rasa nasinalisme, melestarikan budaya, maupun sarana pendidikan.
  • Menyampaikan Pesan Moral

    Dalam beberapa karya sastra, di dalamnya ada beberapa bagian yang berisi pesan moral. Ada yang terselip di awal, di tengah, maupun di akhir. Ada yang secara terang-terangan (tersurat) dan ada yang secara sembunyi-sembunyi (tersirat). Tujuannya agar penikmat karya sastra tersebut memiliki pandangan atau bertindak dan bertingkahlaku sesuai ajakan si pembuatnya.
  • Penyampaian Kritik

    Ada juga karya sastra yang sengaja dibuat untuk menyampaikan kritik terhadap sasarannya. Baik itu kritik sosial, ekonomi, politik, moral, kemanusiaan dan lain sebagainya. Tujuannya supaya orang yang menikmati, khususnya sasarannya dapat memiliki kesadaran penuh tentang kritik tersebut dan melakukan tindakan lanjut.
  • Mebangkitkan Rasa Nasionalisme

    Rasa nasionalisme perlu selalu dibangkitkan dengan beberapa cara dan sentuhan khusus. Melelui sastra, nasionalisme dibangun melalui sugesti yang dibangkitkan dari dalam diri penikmat sastra. Selanjtnya sugesti tersebut dierkuat dengan penanaman nilai dan semangat kebangsaan dan rasa nasionalisme.
  • Melestarikan Budaya

    Sastra juga merupakan sarana pelestarian budaya, khususnya budaya yang berasal dari lisan dan diabadikan melalui tulisan. Sehingga kisah-kisah, dongeng, legenda dan lain sebagainya dapat tetap lestari. Bahkan dengan adanya karya sastra berbentuk buku atau kitab-kitab, akan lebih mudah disebarkan dan juga bertahan lama.
  • Sarana Pendidikan

    Selain disampaikan melalui jenjang formal, pendidikan juga ditanamkan melalui pendidikan informal. Pendidikan informal tersebut meliputi nilai, norma dan budi pekerti luhur. Dalam sastra, kesemuanya itu dapat ditanamkan secara menarik dan tidak terkesan menggurui. Jadi bila seseorang gemar menikmati sastra, secara tidak langsung dia sedang mempelajari nilai, norma dan ajaran-ajaran budi pekerti yag luhur.

Sejarah Seni Sastra

Sebenarnya seni sastra sudah ada sejak zaman kuno, tandanya adalah tulisan-tulisan di dinding gua, dinding piramid dan kuil romawi, maupun prasasti-prasasti. Kemudian sastra terus berkembang sampai pada masa keagamaan, baik hindu, budha, maupun islam.
Tercatat ada beberapa kitab karangan empu-empu yang menyimpan cerita sastra. Diantaranya adalah kitab Bharatayuda (Mpu Sedah dan Mpu Panuluh), kitab Gatotkacasraya (Mpu Panuluh), kitab Smaradhahana (Mpu Darmaja) dan kitab Wrattasancaya dan Lubdhaka (Mpu Tanakung).
Sedangkan pada masa islam muncul syair-syair melayu dan syair-syair arab. Misalkan saja seerti Syair Perahu, Syair Dagang dan Syair Si Burung Pingai (Asrar al-Arifin), kitab Fi Ma’rifat al-Adyan, Shirot al-Mustaqim dan Bustan al-Shalatin (Ar-Raniri Tibyan), serta masih banyak lagi karya lainnya.
Sedangkan untuk sastra di zaman yang lebih maju, terdapat beberapa angkatan sastra yang berkembang di Indonesia. Angkatan-angkatan sastra tersebut adalah:
  • Pujangga Lama

    Segala macam karya sastra Indonesia yang dibuat sebelum abad 20 diaktegorikan sebagai karya sastra angkatan pujangga lama. Ciri karya sastratersebut berupa cerita, seperti syair, pantun, gurindam serta hikayat.
  • Sastra Melayu Rendah

    Sedangkan karya sastra Indonesia yang dibuat antara tahun 1870-1942 dikategorikan sebagai sastra melayu rendah. Cirinya adalah cerita mirip dengan pujangga lama namun mulai mengadaptasi cerita dari Cina, Timur Tengah dan Eropa.
  • Angkatan ‘45

    Karya sastra pada masa persiapan kemerdekaan masuk dalam angkatan ’45. Dimana sebagian besar dari karya sastra di masa ini mengandung tema gejolak sosial politik dan budaya. Khususnya tentang pengalaman hidup dalam masa-masa perjuangan kemerdekaan.
  • Angkatan Balai Pustaka

    Karya sastra Indonesia yang dibuat pada tahun 1920-1950 masuk dalam kategori angkatan balai pustaka. Sebagian besar karya sastra tersebut diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka, oleh karena itu disebut angkatan balai pustaka. Karya sastra yang muncul kala itu berua prosa (baik roman, novel, cerita pendek atau drama) dan juga puisi.
  • Pujangga Baru

    Setelahnya muncullah angkatan pujangga baru yang sebagian besar berbentuk karya sastra kritik. Kemunculan angkatan ini sebagai bentuk reaksi dan penolakan sastrawan terhadap sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka. Khususnya karya sastra yang bertema nasionalisme dan kebangsaan.
  • Angkatan 50-an

    Dalam angkatan 50-an, sastra mulai terangkat melalui terbitnya majalah sastra “Kisah” yang digawangi oleh H.B.Jassin. Pada angkatan ini mulai berkembang karya sastra seperti cerita pendek dan juga kumpulan puisi. Ini adalah cikal bakal kolom sastra mingguan yang ada di majalah, tabloid mauun surat kabar hari ini.
  • Angkatan 50-60-an

    Di masa angkatan 50-60-an muncullah karya sastra yang lebih berat, yakni novel, cerpen dan juga drama. Tetapi ketiga karya sastra tersebut kurang mendapat perhatian dan lebih sering menimbulkan kesalahpahaman. Tokoh pegiat sastra di masa tersebut adalah Iwan Simatupang.
  • Angkatan 66-70-an

    Setelah itu muncullah angkatan 66-70-an yang ditandai dengan terbitnya majalah sastra “Horison”. Ciri paling menonjol dari angkatan ini adalah mereka mengusung semangat “avant-garde”. Sehingga muncul beragam aliran sastra, seperti surealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan lain sebagainya.
  • Dasawarsa 80-an

    Karya sastra Indonesia pada tahun 1980 dan setelahnya disebut angkatan dasawarsa 80-an. Dimana ciri yang paling terlihat adalah merebaknya roman percintaan serta mulai munculnya sastrawan wanita. Bisa dibilang angkatan ini adalah angkatan kebangkitan bagi sastra wangi, istilah untuk karya sastra karangan sastrawan wanita.
  • Angkatan Dasawarsa 2000-an

    Angkatan dasawarsa 2000-an muncul setelah era milenium. Kebanyakan tema karya sastranya seputar keadaan sosial dan politik di era runtuhnya Orde Baru. Banyak kisah di era reformasi politik 1998 yang diangkat sebagai karya sastra berupa novel.
  • Cyber-sastra

    Setelah itu berkembang angkatan sastra modern yang memanfaatkan teknologi dengan baik. Era tersebut dinamakan angkatan cyber-sastra, dimana karya sastra tidak dipublikasi dalam bentuk buku saja. Sebagian dalam bentuk digital dan sebagian lagi hanya untuk dipublikasikan di dunia maya saja. Beberapa diantaranya dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, ada pula yang berupa situs pribadi atau sosial media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar